Lokasi Bersejarah: Pasanggrahan Bung Karno di Prapat Danau Toba Sumatera Utara.

Bulan lalu aku dan rombongan berkesempatan mengunjungi Pasanggrahan Soekarno di Danau Toba. Menariknya kala itu kami  dipandu langsung dengan pak Zamzami, seorang yang ditugaskan menjaga rumah antik tersebut. (23/05/23)

Kebetulan salah seorang dari rombongan kami ada yang mengenal beliau dengan baik.

Singkat cerita, sampailah kami di depan lokasi Pasanggrahan dan langsung dipersilahkan naik ke atas tangga dan memasuki Pasanggrahan tersebut. Tapi sebelum itu kami dibawa untuk berpose, mengabadikan moment di spot photo yang diatur oleh beliau langsung.

Sambutan hangat benar-benar menyejukkan, sangat friendly. 

Di awal menginjakkan kaki disini, setelah berpose menghadap Pasanggrahan, berpose di jalan tempat Bung Karno biasa duduk nyantai, lalu kami dipersilahkan masuk ke dalam ruang tamu. 

Awalnya tertegun, terpukau serasa tak percaya, bisa memasuki sebuah rumah bersejarah, yang di sini adalah bukti sejarah, bahwa president RI pertama pernah tinggal di sini, bahasanya sih di asingkan Belanda agar bisa diajak negosiasi tentang pembatalan kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan.

Setelah enak duduk, kemudian beliaupun bercerita, kisah demi kisah, sejarah pengasingan Bung Karno, semasa dibujuk Belanda untuk menandatangani kesepakatan membatalkan kesepakatan kemerdekaan Negara Repulik Indonesia.

Pada awalnya Bung Karno menolak, kali kedua ditanya masih tetap menolak, kali ketiga ditanya Bung Karno menjawab: “Jika memang kalian memaksa izinkan kami meminta persetujuan anak-anak kami terlebih dahulu setelah anak-anak kami menandatangi surat kesepakatan tersebut barulah kami bertiga akan menandatangi surat itu dengan suka rela”

Sontak Pihak Belanda kegirangan, tidak mengira proses negosiasi semudah itu pikirnya. Lantas kemudian timbul pertanya dari Belanda, siapakah anak-anak Bung Karno yang harus menandatangi surat ini? 

(saat itu, kami selaku pendengar kisah, tergugah emosi, penasaran, bertanya-tanya ingin tahu betul, siapa anak-anak Bung Karno tersebut? Bagaimana kelanjutan kisahnya! Dan akankah ada butiran-butiran kekecewaan di sana? Bercampur pikiran kami)

Lalu pihak Belanda bertanya dengan tetap menjaga mimik seriusnya. “Kalau begitu siapa dan dimana saja anak bung?” Begitulah kira-kira pertanyaannya Belanda pada Bung Karno.

“Anak-anakku adalah seluruh rakyat Indonesia yang berada dari Sabang hingga Marauke. Minta lah tanda tangan dari seluruh rakyat Indonesia, baru kemudian kami, karena mereka semua adalah anak-anak kami.”

Sontak bukan main marahnya Belanda mendengar jawaban tersebut, tidak mengira itulah jawaban yang akan dilontarkan oleh pemimpin Indonesia Tersebut.

Dari sana pihak Belanda akhirnya sadar, bahwa misi pengasingan dengan cara membujuk baik-baik ini tidak akan pernah berujung dengan kesepakatan, maka dengan liciknya salah seorang penjaga Belanda yang ditugaskan mengintrograsi tersebut, menyuruh pelayan Bung Karno, orang sipil, rakyat Indonesia tulen, diminta untuk meracuni sang proklamator, pada minuman yang setiap waktu makan dia hidangkan.

Pelayan tersebut bertanya apa yang akan saya tuangkan ini, tanyanya pada pihak Belanda, itu vitamin untuk mereka, karena rasa penasarannya ia coba tuangkan air botol tersebut ketumpukan makanan, tak lama makanan tersebut berubah warna menjadi hitam.

Sadarlah ia bahwa yang ingin diberikannya bukan vitamin akan tetapi racun. Dengan segala keberaniannya, ia menolak mentah suruhan tersebut. Konsekuensi sudah diambilnya.

Oleh sebab penolakan itu habis babak belur tubuhnya disiksa para penjaga Belanda tersebut, hingga akhirnya nyaris terbunuh, namun diurungkan mereka niat buruknya dari pembunuhan, sehingga akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.

Tidak melihat pelayan tersebut, Bung Karno kecarian, dan bertanya-tanya di mana pelayan tersebut, sudah seharian belum kelihatan, hingga keesokan harinya dapat kabar bahwa pelayan tersebut ditawan di penjara, lantas Bung Karno meminta agar dia dibebaskan segera dan meminta agar dibawa ke hadapan beliau.

Begitu pelayan tersebut dipertemukan dengan president RI pertama tersebut, lalu Bung Karno bertanya, apa yang terjadi membuat dirimu babak belur seperti ini? 

Jawabnya singkat: “Saya menolak suruhan belanda untuk meracuni Anda Bung”

Mengapa kamu menolak suruhan mereka? Itu dapat membayakanmu. Balas Bung Karno heran.

‘’Lebih baik saya terbunuh di tangan penjaga Belanda tersebut dari pada saya harus membunuh president saya sendiri, menghianati bangsa saya sendiri, menyakiti seluruh rakyat, masyarakat, para pahlawan yang ada di bumi Indonesia ini.” Tegar ia menjawab.

Seketika Bung Karno berkaca-kaca lalu memeluknya dan semakin mengokohkan pendirian Bung Karno, bersama sahabat-sahabatnya yang lainnya, untuk tetap mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ini.

**

Begitulah sekelumit kisah yang mampu saya tuliskan dari sekian lama perbincangan kami di sana. Panjang pembahasan, melebar tanya jawab, tapi semoga secuil ini dapat menjadi pembuka cerita bagi siapa yang belum tahu sejarah tempat Pasanggrahan itu ada di Danau Toba. 

Tidak berhenti di sana, banyak hal yang luar biasa lainnya yang kami dengar dengan sangat seksama di sana. 

Tapi sayang keterbatasan ingatan tidak sekuat recorder merekam audio dari sebuah penjelasan.

Semakin cinta rasanya dengan Indoensia, potret sebuah kemerdekaan negara di atas pemuda Tangguh, kokoh, tegar, berdedikasi tinggi, berintegritas, berkomitmen tinggi dan tentu saja sosok yang nasionalis.

Pemuda yang siap mati demi kemerdekaan, pemuda yang siap mati demi kemandirian, siap berjuang demi mempertahankan prinsip dan kesepakatan kemerdekaan Republik ini.

Maka jika proklamator saja demikian, bagaimana dengan kita? 

Sanggupkah Anak cucu generasi penerus memangku estafet, dan melanjutkan perjuangan setelahnya ini?

Mari sama-sama mempersiapkan diri untuk menjawabnya dengan keringat, darah, dan nyawa, Merdeka!

2 thoughts on “Lokasi Bersejarah: Pasanggrahan Bung Karno di Prapat Danau Toba Sumatera Utara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *